Jumat, 09 Desember 2016

Tari Daerah dari 34 Propinsi


Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat. Selain memiliki anugrah yang sangat berharga berupa keindahan dan kekayaan alam, keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia membuat negara ini begitu kaya. Indonesia yang dihuni oleh banyak suku adat, memberikan keanekaragaman tari tarian daerah yang diwariskan secara turun temurun.

1. Tari-Tarian Daerah Provinsi Aceh



Apabila mendengar kata Aceh, yang terlintas adalah Tari Samannya.  Tari Saman merupakan warisan dan kekayaan budaya rakyat Aceh yang telah mendapatkan pengakuan dunia melalui  UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya Tak benda Warisan Manusia.
Karena keseragaman formasi dan ketepatan waktu adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka para penari dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius agar dapat tampil dengan sempurna. Tarian ini dilakukan secara berkelompok, sambil bernyanyi dengan posisi duduk berlutut dan berbanjar/bersaf tanpa menggunakan alat musik pengiring.  Karena

kedinamisan geraknya, tarian ini banyak dibawak/ditarikan oleh kaum pria, tetapi perkembangan sekarang tarian ini sudah banyak ditarikan oleh penari wanita maupun campuran antara penari pria dan penari wanita .

Tarian ini ditarikan kurang lebih 10 orang, dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi.



2. Tari Daerah Provinsi Sumatera Utara

Gerakannya khas dan mudah dilakukan oleh semua orang, itulah tari tor-tor yang menjadi ciri khas tradisi tari daerah Sumatera Utara. Kata "Tor-tor" berasal dari suara entakan kaki penarinya di atas papan rumah adat Batak. Penari bergerak dengan iringan Gondang yang juga berirama mengentak



Menurut Togarma Naibaho, pendiri Sanggar budaya Batak, Gorga, kata "Tor-tor" berasal dari suara entakan kaki penarinya di atas papan rumah adat Batak. Penari bergerak dengan iringan Gondang yang juga berirama mengentak. "Tujuan tarian ini dulu untuk upacara kematian, panen, penyembuhan, dan pesta muda-mudi. Dan tarian ini memiliki proses ritual yang harus dilalui," kata Togarma kepada National Geographic Indonesia, Selasa (19/6).
Pesan ritual itu, lanjut Togarma, ada tiga yang utama. Yakni takut dan taat pada Tuhan, sebelum tari dimulai harus ada musik persembahan pada Yang Maha Esa. Kemudian dilanjutkan pesan ritual untuk leluhur dan orang-orang masih hidup yang dihormati. Terakhir, pesan untuk khalayak ramai yang hadir dalam upacara. Barulah dilanjutkan ke tema apa dalam upacara itu.


3. Tarian Daerah Provinsi Sumatera Barat

Tari Piring atau disebut tari piriang merupakan tarian tradisional Sumatera Barat yang berasal dari Solok Sumatera Barat. Tari Piring masih terus lestari hingga sampai saat ini. Tarian piring memiliki gerakan yang menyerupai gerakan para petani semasa bercucuk tanam, membuat kerja menuai dan sebagainya. Tarian ini juga melambangkan rasa gembira dan syukur dengan hasil tanaman mereka



Tarian ini memiliki gerakan yang menyerupai gerakan para petani semasa bercucuk tanam, lembuat kerja menuai dan sebagainya. Tarian ini juga melambangkan rasa gembira dan syukur dengan hasil tanaman mereka. Tarian ini merupakan tarian gerak cepat dengan para penari memegang piring di tapak tangan mereka, diiringi dengan lagu yang dimainkan oleh talempong dan saluang. Kadangkala, piring-piring itu akan dilontar ke udara atau pun dihempas ke tanah dan dipijak oleh penari-penari tersebut. Bagi menambah unsur-unsur estetika , magis dan kejutan dalam tarian ini, penari lelaki dan perempuan akan memijak piring-piring pecah tanpa rasa takut dan tidak pula luka. Penonton tentu akan berasa ngeri apabila kaca-kaca pecah dan tajam itu dipijak sambil menari.


4. Tarian Daerah Provinsi Jambi

Tari Sekapur Sirih adalah tarian daerah Provinsi Jambi. Tari Sekapur Sirih ini merupakan tari tradisional yang biasa dibawakan untuk menyambut tamu kehormatan di Provinsi Jambi. Tari ini menggambarkan ungkapan rasa putih hati masyarakat dalam menyambut tamu. Sekapur Sirih biasanya ditarikan oleh 9 orang penari perempuan, dan 3 orang penari laki-laki, 1 orang yang bertugas membawa payung dan 2 orang pengawal.
Selain di Provinsi Jambi, Tari Sekapur Sirih yang merupakan tradisi masyarakat melayu juga sering dibawakan oleh Provinsi Riau/Kepulauan Riau serta masyarakat di Negara Malaysia. Di Riau, tari ini disebut dengan tari persembahan / tari makan sirih.





 5. Tarian Daerah Provinsi Riau
Tarian Makan Sirih dari Riau ini diiringi musik khas Melayu yang rancak dengan diiringi pula oleh lagu berjudul Makan Sirih. Adapun kostum yang dilakukan oleh penari Makan sirih memakai busana adat khas Melayu, yakini celana, baju, dan kopiah untuk yang pria. Sedangkan yang perempuan Para penari mengenakan baju yang biasa dipakai mempelai perempuan, yaitu baju adat yang disebut dengan baju kurung teluk belanga. Pada bagian kepala, terdapat mahkota yang dilengkapi dengan hiasan-hiasan berbentuk bunga. Sementara, bagian bawah tubuh para penari dibalut oleh kain songket berwarna cerah.


Tari Makan Sirih dilakukan oleh pria dan wanita. Para  penari Tari Makan Sirih wajib untuk memahami istilah-istilah khusus dalam tarian Melayu. Milsanya igal (menekannkan gerakan tangan dan badan), liuk (gerakan menundukan atau menayunkan badan), lenggang (berjalan sambil menggerakkan tangan), titi batang (berjalan dalam satu garis seolah meniti batang), gentam (menari sambil mengentakkan tumit kaki), cicing (menari sambil berlari kecil), legar (menari sambil berkeliling 180 derajat), dan lain-lainnya.


 6. Tarian Daerah Provinsi Kepulauan Riau
Tarian daerah yang berasal dari Kepulauan Riau diantaranya adalah Tari melemang. Tari Melemang merupakan tarian tradisional yang berasal dari Tanjungpisau Negeri Bentan Penaga, kecamatan Bintan, Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Tari Melemang pada awalnya hanya ditarikan dikalangan istana saja, yaitu tepatnya sejak abad ke 12. Menurut informasi bahwa pada masa lalu tarian ini hanya dipersembahkan bagi Raja ketika sang Raja sedang beristirahat. Karena merupakan tarian istana, tari Melemang ditarikan oleh para dayang kerajaan Bentan. Namun sejak Kerajaan Bentan mengalami keruntuhan, tari Melemang berubah menjadi pertunjukan hiburan rakyat.





7. Tarian Daerah Provinsi Sumatera Selatan
Tari Gending Sriwijaya adalah tarian daerah yang cukup terkenal dari provinsi Sumatera Selatan. Tari gending sriwijaya diiringi oleh lagu Gending Sriwijaya. Baik lagu maupun tarian ini menggambarkan keluhuran budaya, kejayaan, dan keagungan kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya mempersatukan wilayah Barat Nusantara Lirik lagu ini juga menggambarkan kerinduan seseorang akan zaman di mana pada saat itu Sriwijaya pernah menjadi pusat studi agama Buddha di dunia.
Tari Gending Sriwijaya dari Sumatera Selatan ini dibawakan untuk menyambut tamu-tamu agung.





8. Tarian Daerah Provinsi Bangka Belitung
Tarian daerah Bangka Belitung sangat beragam seperti halnya provinsi lain di Indonesia, namun untuk mewakili tarian daerah dari Bangka Belitung ini kita sebut saja tari sepen. Tari Sepen Bangka Belitung merupakan tarian tradisional masyarakat Bangka Belitung yang mengandung unsur gerak pencak silat. Tari Sepen sudah menjadi tari pergaulan di provinsi Bangka Belitung, sering dibawakan dalam rangka penyambutan tamu. Ciri khas tarian ini menekankan pada kelincahan gerakan penarinya yang biasanya dilakukan secara berpasangan.





 9. Tarian Daerah Provinsi Bengkulu
Tari Andun adalah merupakan tari tradisional yang telah dilakukan oleh masyarakat Bengkulu Selatan sejak zaman dahulu. Tari Andun merupakan tari pergaulan sebagai sarana mencari jodoh yang dilakukan oleh pemuda dan pemudi.
Tari Andun pada zaman dulu dilakukan oleh pemuda dan pemudi pada malam hari, pada acara adat / pesta perkawinan. Namun saat ini tari Andun lebih banyak berfungsi sebagai sarana hiburan dan upaya pelestarian kesenian tradisional dari Bengkulu.
Persembahan tari Andun biasanya diiringi oleh musik kolintang yang dimainkan oleh pemain musik tradisional Bengkulu
.




10. Tarian Daerah Provinsi Lampung
Tari Sembah merupakan tari tarian yang berasal dari provinsi yang terletak paling timur dari pulau Sumatera


Tari sembah Sigeh Penguten merupakan tari adat budaya lampung yang berasal dari suku Pepadun. Semula tarian ini di persembahkan  untuk menyambut kedatangan para raja dan tamu-tamu istimewa. Sebagai cara menunjukan keramahan dan penghormatan. Mungkin karena hal ini kemudian tari sembah sigeh penguten identik sebagai tari penyambutan. Selain diperagakan diupacara-upacara adat serta upacara penyambutan tamu agung, tari sembah juga sering di peragakan di acara pernikahan adat Lampung, fungsinya tetap sama yaitu sebagai upacara penyambutan untuk para tamu ytari sigeh pengutenang hadir di acara tersebut.

Sebagai sebuah tarian daerah, tari sembah Sigeh penguten dalam setiap penampilannya sangat menonjolkan ciri-ciri budaya adat istiadat lampung. Terutama dalam busana yang dikenakan oleh para penari. Busana yang dikenakanoleh para penari adalah busana asli daerah seperti yang dikenakan pengantin wanita asli suku Lampung lengkap dengan siger dan tanggainya.

 

11. Tarian Daerah Provinsi Banten

Tari Walijamaliha adalah visualisasi perkenalan daerah Banten Yang sarat daya tarik, memiliki potensi alam berlimpah, bersejarah turunan kesultanan besar, serta memiliki derajat ketaatan agama yang tidak diragukan. Visualisasi Keragaman Budaya terdiri dari budaya Sunda, Jawa Serang, Etnis Cina, Arab dan India hidup berdampingan sebagai bukti kebersamaan dan kekompakan warganya dalam mambangun Banten.


Tari Walijamaliha sebagai tarian selamat datang dengan 6 adegan pokok adalah filosofis dari rukun iman terinspirasi dari bait-bait shalawat dalam kitab Barzanji.  Tarian Walijamaliha ini digagas oleh  Ibu Hj. Ratu Atut Chosiyah, SE pada saat menjabat sebagai Gubernur Banten dan Ibu Hj. Egi Djanuiswati M.Sc selaku Kadisbudpar Provinsi Banten, dan direalisasikan oleh seniman-seniman Banten yang telah ditunjuk.

Kata Walijamaliha sendiri berasal dari Bahasa Arab yang bermakna daerah yang memiliki kecantikan atau daya tarik. Adapun tarian ini dibawakan oleh penari wanita dengan gerak yang ceria serta mengenakan kostum religi, hal ini mencerminkan karakter masyarakat Banten yang terbuka, riang, ramah, hangat dan enerjik dalam suasana yang agamis.


12. Tarian Daerah Provinsi Jawa Barat

 Tari merak dari Jawa Barat ini diciptakan oleh seorang tokoh seni Raden Tjetjep Somantri pada tahun 1950. Namun dalam perjalanan waktu dan sejarah Tari Merak ini mengalami beberapa kali revisi diantaranya Tari Merak yang telah dibuat ulang oleh Irawati Durban pada tahun 1965.
Dinamakan tari merak karena tarian ini menggambarkan kecantikan dan keindahan burung merak. Para penari tarian tradisional ini menggunakan kostum yang juga mirip dengan bulu burung merak.



13. Tarian Daerah Provinsi Jakarta

Tari Sirih Kuning merupakan tarian tradisional tempo dulu yang berasal dari Betawi dan ditarikan  secara berpasangan. Tari Sirih Kuning Betawi ini merupakan pengembangan dari tari cokek. 
Tari Sirih Kuning Betawi diiringi oleh musik tradisional khas Betawi yaitu Gambang Kromong.
Tarian sirih kuning ini biasanya juga diadakan untuk mengiringi pengantin Betawi memasuki pelaminan serangkai dengan proses penyerahan sirih dare oleh mempelai pria kepada pengantin wanita atau pada hiburan penyambutan tamu kehormatan maupun perayaan lengkap dengan irama lagu khas Betawi " Sirih Kuning".





14. Tarian Daerah Provinsi Jawa Tengah

Tari Bedhaya / Bedaya adalah tarian klasik Jawa yang dikembangkan dikalangan keraton-keraton mataram. Tari Bedhaya ditarikan oleh 7 atau 9 orang penari yang umumnya wanita dengan gemulai dan edukatif dengan diiringi oleh iringan musik gamelan.



Muatan makna simbolik filosofis yang begitu tinggi dan dalam dari tari Bedhaya, menyebabkan genre tari ini senantiasa ditempatkan sebagai salah satu bentuk seni pertunjukan yang paling penting di kasultanan Yogyakarta dan kasunanan Surakarta. Tarian ini bahkan dianggap sebagai salah satu atribut sang raja, yang pada gilirannya juga berfungsi sebagai sarana untuk melegitimasi kekuasaan dan kewibawaan para sultan atau sunan. Niat dari setiap pergelaran tari Bedhaya untuk state ritual, yang bisa dilihat di dalam setiap kandha Bedhaya Srimpi, yakni selalu ditujukan untuk membangun kesejahteraan serta kemakmuran rakyat dan negara, kelangsungan kekuasaan sang raja, dan semakin meningkatkan kewibawaan dan kemashuran, serta harapan agar sang raja mendapat anugerah usia panjang



15. Tarian Daerah Provinsi Jawa Timur

Tari Gandrung Banyuwangi adalah tari daerah yang berasal dari Banyuwangi Jawa Timur. Kata Gandrung sendiri berarti terpesona, yaitu menggambarkan rasa pesona masyarakat Banyuwangi terhadap Dewi Sri atau Dewi Padi yang telah membawa kesejahteraan kepada masyarakat. Oleh karena itulah maka tari Gandrung Banyuwangi ini dahulu biasa dibawakan setelah panen raya.
Tarian Gandrung Banyuwangi merupakan seni pertunjukan yang disajikan dengan iringan musik khas perpaduan budaya jawa dan Bali. Tari Gandrung dilakukan oleh seorang wanita penari profesional yang menari bersama tamu (terutama pria) yang disebut dengan istilah pemaju




16. Tarian Daerah Yogyakarta
 Tari Serimpi adalah salah satu tarian klasik dari Yogyakarta yang ditarikan beberapa penari wanita cantik dan anggun. Tarian ini menggambarkan kesopanan dan kelemah lembutan, yang di tunjukan dari gerakan yang pelan dan lembut oleh para penarinya. Tari Serimpi ini awalnya juga merupakan tarian yang bersifat sakral dan hanya ditampilkan di lingkungan Keraton Yogyakarta.


Tari Serimpi diperagakan oleh empat putri yang masing-masing mewakili unsur kehidupan dan arah mata angin. Selain itu, penari ini juga memiliki nama peranannya masing-masing yakni Buncit, Dhada, Gulu, dan Batak. Saat menarikan Serimpi, komposisi penari membentuk segi empat. Bentuk ini bukan tanpa arti, tetapi melambangkan tiang Pendopo yang berbentuk segi empat.
Kemunculan tarian ini konon berasal dari masa Kerajaan Mataram ketika masa pemerintahan Sultan Agung. Tari ini dianggap sangat sakral karena hanya dilakukan di lingkungan Kraton untuk upacara kenegaraan dan peringatan naik tahta sultan. Tahun 1775, Mataram pecah menjadi dua yakni Kesultanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Hal ini juga berdampak pada tarian ini. Walaupun inti tariannya masih sama, namun Serimpi di Yogyakarta menjadi Serimpi Dhempel, Genjung, dan Babul Layar. Sementara di Surakarta menjadi Serimpi Bondan dan Anglir Mendung. Walaupun tarian ini sudah ada sejak lama, namun tarian tersebut baru diketahui oleh publik sekitar tahun 70an karena begitu sakralnya tarian ini Kraton.

17. Tarian Daerah Bali

Tari Trunajaya adalah tari tradisional Bali yang menggambarkan gerakan-gerakan seorang pemuda (Taruna) Bali yang sedang meninjak usia dewasa, penuh emosi serta berulah untuk memikat hati seorang wanita. Tari Trunajaya termasuk tari putra dengan gerakan yang keras yang biasanya ditarikan oleh seorang penari putri. Tari ini semula ciptaan Pan Wandres dalam bentuk kebyar Legong dan kemudian disempurnakan oleh I Gde Manik. Kreasi tarian Trunajaya ini diciptakan untuk sebuah tari hiburan yang bisa dinikmati saat-saat perayaan tertentu.


Tari Trunajaya termasuk dalam kategori tari Balih-balihan atau sebagai tari hiburan. Sebagai tari hiburan tarian ini dapat dipentaskan dimana saja. Misalnya di halaman pura, di lapangan atau panggung tertutup/terbuka, dan di tempat- tempat lainnya.
Pakaian memberikan ciri khas daru suatu tari. Kostum di buat semenarik mungkin agar dapat memikat daya tarik penonton. Jenis tarian Trunajaya  menggunakan Kostum adat laki-laki inovatif dalam bentuk udeng - udengan  sehingga wajah penari nampak bagus. Properti yang digunakan dalam tarian ini adalah “kepet”, yang sekarang ini sering disebut dengan “kipas”. 



18.Tarian Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Tari Lenggo Bima, NTB. Tarian ini dibagi menjadi dua jenis tarian yaitu Tari Lenggo Melayu danTari Lenggo Mbojo. Tari Lenggo Melayu ini merupakan jenis Tari Lenggo yang dimainkan oleh penari pria, sedangkan Tari Lenggo Mbojo dimainkan oleh penari wanita. Tarian lenggo awalnya merupakan tarian klasik yang muncul serta berkembang di lingkungan istana Kerajaan Bima, dan hanya ditampilkan pada acara-acara tertentu saja. 




19.Tarian Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur
Tari Cerana adalah salah satu tarian populer dikalangan masyarakat Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tarian Cerana biasanya dibawakan dalam rangka penyambutan tamu kehoramatan dengan para penari wanita pilihan berbusana bernuansa etnis rote lengkap.


Sejarah Tari Cerana
Tari Cerana dulunya merupakan tarian yang sering digunakan oleh masyarakat Kupang sebagai tarian penyambutan bagi para bangsawan, tamu penting maupun orang dituakan. Tarian ini dilakukan sebagai rasa penghormatan terhadap tamu yang datang. Selain di daerah Kupang tarian ini juga sangat populer di beberapa daerah lain di sekitarnya seperti di daerahRote Ndao, Timor Tengah Utara(TTU), dan Timor Tengah Selatan(TTS).

Fungsi Dan Makna Tari Cerana
Tari Cerana ini merupakan tarian yang ditampilkan sebagai tarian penyambutan para tamu penting. Tarian ini biasanya diakhiri dengan menyajikan sirih dan pinang sebagai simbol penerimaan masyarakat terhadap para tamu dengan hati yang tulus, bersih dan penuh kasih. Kemudian para tamu yang datang akan mengunyah sirih dan pinang yang diberikan sebagai simbol bahwa para tamu juga menyambut baik apa yang diberikan oleh masyarakat sehingga akan terjalin hubungan baik di antara mereka.


20.Tarian Daerah Provinsi Kalimantan Barat

Tari Monong adalah tarian dari Kalimantan Barat. Tari Monong disebut juga dengan tari manang, oleh masyarat dayak tari manang ini berfungsi sebagai tari penyembuhan yang dapat menyembuhkan atau menangkal penyakit dari seseorang. Penari dalam tarian manang bertindak seperti halnya seorang dukun dengan menggunakan jampi jampi.



Gerakan dalam Tari Monong lebih menekankan pada gerakan saat dukun melakukan ritual penyembuhan. Gerakan tersebut adalah gerakan saat dukun melakukan pembacaan mantra dan menari pada saat ritual berlangsung, sehingga tarian ini sangat kental dengan nuansa mistis.
Dalam pertunjukannya, Penari di balut dengan busana khas suku Dayak di Kalimantan barat. Penari juga di lengkapi dengan berbagai alat yang di gunakan untuk ritual. Dalam tarian ini juga di iringi oleh berbagai alat music tradisional suku Dayak agar suasana pertunjukan lebih hidup.
Dalam perkembanganya, Tari Monong tidak hanya di gunakan untuk ritual saja, namun juga di gunakan sebagai hiburan masyarakat. Tentunya dalam transformasi itu banyak kreasi dan variasi dalam gerakan saat pertunjukannya. Kreasi tersebut di lakukan untuk melestarikan kesenian tradisional suku Dayak di Kalimantan barat, selain itu juga agar pertunjukan terlihat menarik, namun tetap tidak menghilangkan nilai - nilai di dalamnya. tarian ini sering di pertunjukan pada saat acara adat seperti Bemanang/Balian, penyambutan tamu, dan juga di festival budaya.


21.Tarian Daerah Provinsi Kalimantan Tengah
Tarian Hugo dan Huda ini merupakan tarian tradisional dari Kalimantan Tengah yang termasuk dalam tarian ritual agar para dewa menurunkan hujan ke bumi. Tarian ini biasanya dilakukan apabila telah berlangsung musim kemarau yang cukup lama.



Namun tarian ini sendiri merupakan tarian hiburan yang ada pada daerah ini sendiri dan sering juga dipertunjukkan sebagai tarian hiburan untuk pelepas stress dari masyrakat yang ada yang disekitar daerah tersebut. untuk tarian Hugo dan Huda ini sendiri biasanya dilakukan oleh satu orang saja yang menarikan tarian ini, dimana biasanya tarian ini diiringi dengan alat music kecapi dalam tarian itu sendiri. dan biasanya tarian ini dilakukan oleh perempuan untuk menghibur para masyarakat.


22.Tarian Daerah Provinsi Kalimantan Selatan
 Tarian Rahayu merupakan tarian yang sakral, pada jaman dahulu tarian ini merupakan tarian untuk upacara ritual tolak balak bagi masyarakat Banjarmasin. Tari Radap Rahayu dilakukan pada upacara seperti kehamilan, perkawinan, dan kematian. Tarian ini terinspirasi dari kejadian kapal Perabu Yaksa  berisi patih Lambung Mangkurat yang pulang berkunjung dari kerajaan majapahit. Ketika sampai di Muara Mantuil dan akan memasuki Sungai barito, kapal ini kandas di tengah perjalanan. Perahu oleng dan nyaris terbalik. Pada intinya tarian ini merupakan gambaran rasa bersyukur karena kapal tersebut tidak tenggelam.




23. Tarian Daerah Kalimantan Timur
Tari Gong merupakan salah satu ekspresi seni masyarakat Dayak yang mendiami Kalimantan Timur.
Tari Gong adalah tari yang mengekspresikan tentang kelembutan seorang wanita dengan menari di atas Gong dengan gerakan yang lemah lembut dan penuh keseimbangan. Tari ini mengungkapkan kecantikan, kepandaian dan lemah lembut gerakan tari. Sesuai dengan nama tarinya, tari Gong ditarikan di atas sebuah Gong, diiringi dengan alat musik Sapeq ( alat musik yang dipetik seperti kecapi).


Dalam pertunjukannya penari di balut oleh busana khas adat Dayak kenyah di Kalimantan timur. Yaitu baju dengan yang di hiasi oleh manik - manik berwarna cerah dan corak khas Dayak yang dilengkapi dengan taah. Taah merupakan pakaian khas wanita Dayak berupa kain yang dihiasi manik-manik, taah biasanya dipakai dengan cara dililitkan pada pinggang. Selain itu, kepala penari biasanya menggunakan lavung, yaitu topi yang dibuat dari rotan yang di hiasi motif yang senada dengan pakaian dan taah. Asesoris lain yang di gunakan adalah kalung manik-manik atau yang terbuat dari gigi atau taring macan. 

Pada saat menari, tangan penari di selipkan rangkaian bulu ekor dari burung enggang sebagai property menarinya. Hampir sama dengan tarian enggang, namun dalam tarian ini gerakan yang di gunakan lebih lembut dan sederhana. Dalam tarian ini juga di iringi oleh musik tradisional seperti sapeq atau alat musik seperti kecapi. Ritme musik pengiring dalam tarian ini juga bertempo lambat. Sehingga menyesuaikan dengan gerakan tari yang lemah gemulai.


24. Tarian Daerah Provinsi Kalimantan Utara

Tari Kancet Ledo adalah sebuah tarian tradisional dari suku Dayak Kenyah yang berasal dari Baram – Sarawak, Kalimantan Utara. Tarian ini mewakili kelembutan seorang gadis, bagaikan ayunan padi ketika angin berhembus.


Tarian ini dibawakan oleh  seorang gadis dengan gong digunakan sebagai alat musik pengiringnya.Tari ini biasanya dipertunjukkan pada saat upacara penyambutan tamu agung atau upacara menyambut kelahiran seorang bayi kepala suku.
Penari memakai pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dan pada kedua tangannya memegang rangkaian bulu-bulu ekor burung Enggang. Biasanya tari ini ditarikan diatas sebuah gong, sehingga Kancet Ledo disebut juga Tari Gong.



25.Tarian Daerah Provinsi Sulawesi Utara
Tari Pisok tercipta dan terinspirasi dari kehidupan burung pisok yang sangat langka di Tanah Minahasa. Tari Pisok berasal dari Tanah Minahasa Sulawesi Utara. Tarian Pisok ini menceritakan kehidupan masyarakat Minahasa yang selalu hidup rukun, bekerja secara gotong royong, lincah dan enerjik.
Tari Pisok ini cukup terkenal di Indonesia, bahkan pada tahun 2004 Tari Pisok dijadikan sebagai salah satu perangko/filateli Indonesia bersama beberapa kebudayaan Indonesia lainnya. Begitu seharusnya kita bangga akan tari Pisok ini.




26.Tarian Daerah Provinsi Gorontalo 
Tari Dana Dana adalah salah satu tarian tradisional dari daerah Gorontalo. Tarian ini termasuk jenis tarian pergaulan masyarakat yang biasanya ditampilkan oleh penari pria maupun penari wanita. Selain itu tarian ini juga merupakan perpaduan budaya Islam dan budaya masyarakat setempat, hal itu terlihat dari gerakan penari dan pengiringnya. Tari Dana Dana merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di Gorontalo dan sering ditampilkan di berbagai acara seperti penyambutan, perayaan hari besar dan lain-lain.





27.Tarian Daerah Provinsi Sulawesi Tengah
Tari Balia, Tari Balia merupakan sejenis tarian yang berkaitan dengan kepercayaan animism, yaitu pemujaan terhadap benda keramat, khusunya yang berhubungan dengan pengobatan tradisional terhadap seseorang yang terkena pengaruh roh jahat. Pengertian Balia ialah tantang dia (Bali = tantang, ia/iya = dia), yang artinya melawan setan yang telah membawa penyakit dalam tubuh manusia. Balia dipandang sebagai prajurit kesehatan yang mampu untuk memberantas atau menyembuhkan penyakit baik itu penyakit berat maupun ringan melalui upacara tertentu. Masuk atau tidaknya makhluk-makhluk tersebut ditentukan oleh irama pukulan gimba (gendang), lalove (seruling) yang mengiringi jalannya upacara ini. Karena itu, agar semua peserta balia bisa kesurupan maka irama gimba, lalove dan gong itu harus berubah-ubah dan bersemangat hingga nantinya peserta balia tersebut akan melakukan gerak-gerak tarian yang kasar, cepat dan tak beraturan dalam kondisi kesurupan. Pemimpin upacara ini ialah seorang dukun yang biasa disebut Tina Nu Balia yang berpakaian seragam terdiri atas buya (sarung), siga (destar) dan halili (baju dari kain kulit kayu), namun saat ini pemimpin upacara balia lebih sering menggunakan baju model kebaya.






28. Tarian Daerah Provinsi Sulawesi Barat

Tari Patuddu adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Sulawesi Barat. Tarian ini biasanya dibawakan oleh para penari wanita dengan gerakannya yang lemah gemulai dan menggunakan kipas sebagai alat menarinya. Tarian Patuddu merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di Sulawesi Barat dan sering ditampilkan di berbagai acara seperti acara penyambutan, pertunjukan seni, dan festival budaya.



Sejarah Tari Patuddu
Tari Patuddu dulunya ditampilkan untuk menyambut para prajurit yang pulang dari medan perang. Menurut sejarahnya, pada zaman dahulu di daerah Sulawesi Barat pernah terjadi peperangan antara Kerajaan Balanipa dan Passokorang. Sepulangnya dari perang, Kerajaan Balanipa mempunyai caranya tersendiri untuk menyambut para pasukan yang pulang dari medan perang tersebut, salah satunya dengan menampilkan Tari Patuddu ini. Selain sebagai wujud penghormatan untuk para pahlawan, tarian ini digunakan untuk hiburan bagi para pasukan. Seiring dengan berakhirnya peperangan, Tari Patuddu ini kemudian lebih difungsikan sebagai tarian penyambutan Raja maupun para tamu penting yang datang ke sana. Hal tersebut berlanjut dan menjadi tradisi masyarakat Mandar hingga sekarang.

Fungsi Dan Makna Tari Patuddu
Tari Patuddu merupakan tarian yang lebih bersifat tarian penyambutan atau hiburan sehingga sering ditampilkan untuk acara penyambutan tamu terhormat maupun tamu kenegaraan. Tarian ini dimaknai sebagai ungkapan rasa syukur dan gembira atas kedatangan para tamu. Hal tersebut terlihat dari senyum dan ekspresi para penari saat menari. Selain itu gerakannya yang lemah lembut menggambarkan sifat wanita yang suci dan penuh kasih.


29.Tarian Daerah Provinsi Sulawesi Selatan

Tari Pakarena adalah tarian tradisional dari makasar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Pada abad 20, tari ini keluar dari tradisi istana dan menjadi pertunjukan populer. Ia seringkali dipentaskan di sejumlah acara, seperti pernikahan, ritual pengobatan dan sunatan.
 Tari ini sangat energik, terkadang begitu hingar bingar oleh musik, namun diiringi oleh tarian yang sangat lambat lemah gemulai dari para penari wanita muda. Dua kepala drum (gandrang) dan sepasang instrument alat semacam suling (puik-puik) mengiringi dua penari.




30. Tarian Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
Tari Balumpa Tarian tradisional dari Daerah Kabupaten Wakatoba yaitu daerah Binongko dan Buton Provinsi Sulawesi Tenggara. Tarian Balumpa adalah tarian tradisional yang mencerminkan kegembiraan masyarakat nelayan wakatobi Binongko dan Buton dalam menghadapi ombak demi menafkahi keluarga. Tari Balumba biasanya dipertunjukan untuk menyambut kedatangan tamu kehormatan dari luar daerah.


Asal Mula Tari Balumpa
Tari Balumpa merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari Wakatobi, Sulawesi Tenggara, khususnya daerah Binongko dan Buton. Konon tarian ini menceritakan tentang sekelompok para gadis yang sedang berdendang diiringi lagu daerah dan musik gambus. Dengan penuh keceriaan mereka berdendang dan menari dengan hati gembira dan tulus. Tari Balumpa ini biasanya ditampilkan untuk menyambut para tamu terhormat yang datang ke daerah ke sana.

Makna Tari Balumpa
Seperti yang dikatakan sebelumnya, Tari Balumpa ini biasanya ditampilkan sebagai tarian penyambutan para tamu terhormat yang datang ke sana. Mereka menyambut tamu tersebut dengan penuh keceriaan yang terlihat dari ekspresi para penari. Bagi masyarakat di sana, tarian ini dimaknai sebagai ungkapan rasa syukur dan kebahagiaan dalam menyambut tamu yang mereka hormati.



31. Tarian Daerah Provinsi Maluku

Tari Katreji adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah Maluku. Tarian ini biasanya dilakukan secara berpasangan antara penari pria dan penari wanita. Tari Katreji merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di Maluku. Tarian ini sering ditampilkan di berbagai acara adat maupun hiburan seperti penyambutan tamu penting, pernikahan adat, perayaan hari besar, dan lain-lain.


Sejarah Tari Katreji
Tari Katreji ini merupakan tarian yang sudah ada sejak bangsa Portugis dan Belanda datang ke Indonesia, khususnya di Maluku ini. Selain untuk mencari bahan rempah-rempah, mereka juga membawa budaya mereka ke tanah Maluku. Sehingga sedikit demi sedikit budaya Eropa mulai mempengaruhi perkembangan budaya di Maluku sendiri . Sejak saat itulah masyarakat Maluku mulai mengenal budaya Eropa, salah satunya adalah Tari Katreji ini.
Setelah bangsa Portugis dan Belanda meninggalkan Indonesia. Masyarakat Maluku masih sering membawakan Tari Katreji ini di acara penyambutan atau pesta mereka. Kemudian tarian ini mulai berkembang dan diadaptasikan dengan budaya masyarakat lokal di sana hingga bentuk sekarang ini. Akulturasi budaya inilah yang membuat tari katrili sangat khas dan memberikan warna baru dalam kesenian tradisional Maluku.

Fungsi Dan makna Tari Katreji
Di Maluku sendiri, Tari Katreji lebih difungsikan sebagai hiburan dalam suatu acara seperti penyambutan, pernikahan,  perayaan adat dan lain-lain. Tarian ini dimaknai sebagai tarian pergaulan masyarakat, terutama para muda-mudi. Dalam tarian ini mereka menari secara berpasangan dengan gerakan serta ekspresi yang menggambarkan tentang keceriaan dan kebahagiaan.


32. Tarian Daerah Provinsi Maluku Utara

Tarian ini mengandung unsur mistis. Tarian ini berasal dari Ternate, Maluku Utara. Tarian ini dibawakan oleh enam pria yang memegang batang bambu panjang yang “hidup” setelah dibacakan mantera. Para penari akan bergerak secara dinamis mengikuti gerakan bambu gila yang berguncang-guncang tersebut. Gerakan kompak dari penari ini melambangkan jiwa persatuan dan gotong-royong yang tertanam dalam budaya masyarakat Maluku.



Sejarah Kesenian Bambu Gila
Kesenian Bambu Gila ini berasal dari tradisi lama masyarakat Maluku. Menurut sejarahnya, kesenian ini sudah ada sebelum masuknya agama Islam dan Kristen di daerah Maluku. Pada saat itu masyarakat Maluku masih mengenal Animisme dan Dinamisme dalam kehidupan spiritual mereka. Sehingga mereka masih akrab dengan berbagai ritual untuk para leluhur dan mempercayai adanya roh gaib. Salah satu tradisi yang masih dilestarikan hingga sekarang adalah Kesenian Bambu Gila ini.
Konon Bambu Gila ini dulunya tidak hanya dilakukan sebagai atraksi atau hiburan, Bambu Gila juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di sana. Terutama pada pekerjaan yang terkesan berat seperti memindahkan kapal, menarik kapal, bahkan untuk melawan para musuh saat perang. Namun seiring dengan masuknya agama Islam dan Kristen di Maluku, tradisi tersebut lebih difungsikan sebagai atraksi seni atau hiburan rakyat dan dipertahankan hingga sekarang.

Fungsi Dan Makna Kesenian Bambu Gila
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, dulunya Kesenian Bambu Gila ini difungsikan sebagai bagian dari kehidupan spiritual masyarakat Maluku. Namun, Kesenian Bambu Gila ini sekarang lebih difungsikan sebagai atraksi seni atau hiburan bagi masyarakat Maluku. Selain itu Bambu Gila ini juga dimaknai sebagai apresiasi serta upaya melestarikan warisan budaya mereka.


33. Tarian Daerah Provinsi Papua

Tari Musyoh Dari Papua Tarian Pengusir Arwah - Disetiap daerah kususnya yang berada di Indonesia kesenian dan kebudayaan adalah 2 kata yang selalu ada didalamnya, disetiap daerah di Indonesia juga memiliki nilai kebudayaan dan unsur kesenian yang unik dan berbeda, sama seperti di suatu daerah yakni papua, disana terdapat banyak sekali suku yang menepati tanah papua dan tentu saja disetiap suku tersebut memiliki budaya dan kesenian yang beraneka ragam, salah satu kesenian dari papua ini sendiri adalah dari segi seni tari yaitu Tari Musyo.
Tari Musyoh adalah tari tradisional Papua yang merupakan tarian sakral suku adat yang ada di Papua yang bertujuan untuk menenangkan arwah suku adat papua yang meninggal karena kecelakaan. Suku adat Papua tersebut mempercayai bahwa apabila ada yang meninggal karena kecelakaan, maka arwahnya tidak tenang, sehingga dilakukanlah tarian skral ini (Tari Musyoh) untuk menenangkan arwah orang yang kecelakaan tersebut.




 34. Tarian Daerah Provinsi Papua Barat
 Tari Perang adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah Papua Barat. Tarian ini menggambarkan jiwa kepahlawanan dan kegagahan masyarakat Papua. Biasanya tarian ini dibawakan oleh para penari pria dengan berpakaian adat dan membawa panah sebagai atribut menarinya. Tari Perang merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di Papua Barat dan sering ditampilkan di berbagai acara, baik acara adat, hiburan, maupun budaya.




Sejarah Tari Perang
Konon Tari Perang dulunya dilakukan oleh masyarakat Papua barat, khususnya para prajurit sebelum menuju medan perang. Menurut catatan sejarah yang ada, di Papua pada zaman dahulu sering terjadi peperangan antar suku, salah satunya adalah perang suku di Sentani. Tarian ini kemudian dilakukan setiap suku untuk memberikan semangat dan membangkitkan keberanian para pasukan yang akan bertempur. Namun, seiring dengan sudah tidak adanya perang antar suku, tarian ini kemudian difungsikan sebagai tarian pertunjukan atau tarian penyambutan.

Fungsi Dan Makna Tari Perang
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Tari Perang dulu sering dilakukan oleh masyarakat Papua sebelum mereka menuju medan perang. Namun kini Tari Perang lebih difungsikan sebagai tarian penyambutan maupun tari pertunjukan. Tarian ini dimaknai sebagai penghormatan kepada para pahlawan dan para leluhur yang sudah berjuang serta mempertahankan tanah air mereka. Selain itu apabila dilihat dari segi pertunjukannya, Tari Perang ini juga menggambarkan keberanian, kegagahan dan jiwa kepahlawanan masyarakat Papua.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar